Pages

Wednesday, September 5, 2018

V-Rally 4 Hands On review (PS4)


Bangkit dari mati suri



V-Rally merupakan sebuah judul yang lumayan membekas di hati para gamers pada sekitar tahun 2000-an. Sejatinya V-Rally pertama kali direlease pada tahun 1997 dalam platform Playstation, PC dan Nintendo. Diikuti dengan V-Rally 2 pada 1999 dan terakhir V-Rally 3 pada tahun 2002. Setelah itu, franchise ini seperti mati suri tanpa ada iterasi selanjutnya. Fast forward ke beberapa tahun belakangan, penggemar game rally sudah memiliki banyak ajang pemuas adrenalin seperti seri WRC, Dirt, Sebastien Loeb Rally Evo. Dari semua judul tersebut, ada yang fokusnya ke arah handling dan simulasi seperti Dirt Rally yang saat ini masih menjadi referensi untuk game Rally. Dirt series yang lebih fokus ke arcade experience dan WRC series menjadi game official dan menjadi basis e-sport official World Rally Championship.

Kembali ke V-Rally. Setelah 16 tahun “mati suri”, pada tahun 2018 ini para penggemar boleh bergembira karena judul yang terbilang “klasik” ini kembali di release. Saya berkesempatan untuk mencoba V-Rally 4 dengan platform Playstation 4, equipmen yang digunakan adalah controller standar DS4 , setir Thrustmaster T300GT dan Thrustmaster T500RS. Sempat pula dicoba dengan menggunakan setir Logitech G27 + brook converter yang akan dibahas nanti.

Saya termasuk penggemar judul V-Rally ini, yang dulunya direlease dengan judul Need For Speed : V-Rally (US version). Handlingnya begitu natural dimainkan menggunakan controller, dan disitu harus benar benar patuh pada petunjuk navigator agar bisa menyelesaikan stage dengan cepat dan selamat.
Pertama kali mencoba V-Rally 4 ini kita akan dihadapkan pada semacam shakedown untuk membiasakan handling dan menentukan setting controlnya seperti Traction Control on/off, ABS on/off dan transmisi manual /semi auto. Ada suara cewek yang akan memandu kita menyelesaikan shakedown ini, namun suaranya agak mengganggu karena berbarengan dengan pace note.

Setelah menyelesaikan shakedown, kita akan masuk ke menu Utama dan memulai karir sebagai perally.

Career mode:
Pada career mode ini kita diberi modal untuk membeli mobil, kemudian kita perlu merekrut manager, technican dan engineer. Tiap personel memiliki skill masing masing misakan ada yang ahli di bodywork, engine, electronics, dll. Setelah kita mempunyai crew yang lengkap, kita bisa ikutan lomba deh, pilihan lombanya sesuai dengan mobil yang kita punya. Untuk ikut lomba, ada yang gratis ada juga yang pakai entry fee, semakin besar entry fee biasanya tingkat kesulitan semakin tinggi dan hadiahnya juga semakin besar. Selama lomba, mobil kita bisa rusak, dan perlu biaya untuk perbaikan. Oh iya, crew kita juga perlu dibayar dalam setiap periode seminggu. Jadi kita tidak bisa santai santai atau balap asal asalan, bisa bisa nanti keuangannya minus dan bisa bangkrut deh. Oh iya, pada saat balap di career mode, tidak bisa restart ya, jadi segala risiko harus dipertimbangkan dan siap menghadapi konsekuensinya.

Ada beberapa jenis race di game V-Rally 4 ini :
Rally : ini self explanatory, tradisional rally dimana kita harus melewati beragam special stage, tiap mobil berjalan bergantian dan driver dipandu oleh co driver.


Rally Cross: dilakukan di sirkuit tertutup dengan sejumlah lap, berlomba bersamaan dengan mobil lain biasanya 6 mobil. Mode ini seru karena dalam sirkuit tertutup yang relatif mudah diingat (tanpa co driver). Jangan lupa bahwa kita harus melewati “Joker Lap” sekali dalam balapan.


Hillclimb : Pada mode ini kita mengendarai mobil yang dipersiapkan khusus untuk mode time attack dengan pilihan uphill atau downhill, kita harus menghafal sendiri treknya karena tanpa disertai co-driver.



Extreme-Khana : pada mode ini kita melewati area tertutup dengan berbagai rintangan buatan.


Buggy : menggunakan mobil buggy yang khusus dipersiapkan untuk melahap lintasan yang banyak lompatan, berlomba dengan mobil lain sekaligus , beberapa lap pada sirkuit yang lumayan panjang dan tanpa navigator.



Impresi :
Pertama dari sisi grafik, game ini sudah cukup baik walaupun masih jauh dibandingkan dengan game "papan atas" dari sisi grafik seperti Gran Turismo, Project Cars, dan Driveclub. Ada sedikit keluhan ketika memainkan game ini out of the box yaitu kendala "stuttering" ketika mobil sedang belok, lumayan bikin sakit mata ini kalau sedang dalam view cockpit atau hood. Setelah update ke 1.03 hasilnya semua menjadi halus.
Pilihan mobil pada V-Rally 4 ini ada lebih dari 50 mobil yang bisa dipakai, terbagi menjadi 5 kelas seperti disebutkan di atas. Sayang sekali dalam pilihan mobil tersebut tidak terdapat brand Subaru, Audi, Peugeot dan Toyota. agak sedikit kecewa lah di sini.

Handling, ini yang menurut saya jadi nilai plus untuk game ini. Mobil dengan karakter tarikan roda belakang terasa begitu liar dan kita harus halus memainkan pedal gas. Mobil AWD juga walaupun relatif lebih mudah pengendaliannya, namun butuh input yang presisi supaya dapat memaksimalkan power dan karakter mobil.



Overall mengenai handling, game ini lebih condong ke "simulation", namun tidak se hardcore Dirt Rally yang masih menjadi gold standard saat ini. Kabar baiknya, game ini sangat playable dengan menggunakan controller DS4 biasa.

FFB (Force Feed Back). Parameter ini adalah hal yang penting bagi pengguna setir karena menentukan tingkat immersion dari penguna terhadap game ini. Menggunakan Thrustmaster T300 pada awalnya terasa aneh karena setirnya terasa menarik ke arah yang bukan seharusnya, ibaratnya ffb effect-nya inverted kalau di game PC. Setelah dilakukan sedikit adjustment pada setting FFB, game ini jauh lebih enak feelingnya. Menggunakan Thrustmaster T500 malah lebih bagus lagi feelingnya karena power yang lebih besar. Bermain dalam 1-2 SS saja sudah cukup menguras keringat!!. Keuntungan menggunakan T500 dalam hal ini menggunakan T500 RS (dengan setir standar) adalah paddle shifter yang permanen di rumah setir atau tidak berputar mengikuti setir sehingga mengurangi kebingungan saat perlu pindah gigi sambal counter steer. Terakhir dicoba juga menggunakan Logitech G27 dengan brook converter, sayang sekali hasilnya bisa dibilang mengecewakan, karena yang terasa hanya resistance /hanya efek berat, tanpa feed back yang sesuai dengan kondisi jalan yang dilalui.



Tingkat kesulitan : Right out of the box, game ini termasuk "angker" karena kita setengah dipaksa untuk menjalankan career mode, sedangkan tingkat kesulitan di career mode boleh dibilang tinggi. Sepertinya butuh waktu cukup lama untuk bisa unlock semua mobil di quick race mode, dan kalau memang harus dibeli satu per satu, mungkin orang orang keburu pada pindah ke game lain. Untungnya pada update 1.03, semua mobil sudah bisa langsung diakses pada quick race mode. Good move ! Pada update 1.03 ini di career mode juga terdapat slider difficulty sehingga kita bisa menyesuaikan tingkat kesulitan tentunya dengan kompensasi di besaran reward yang akan diterima.


2-Player Split Screen
Saya terkesan dengan fitur split screen ini, karena fitur ini jarang ada pada genre racing, dan ini sangat berguna untuk bermain offline bersama teman di rumah. Sedang kumpul dengan teman atau keluarga akan lebih seru apabila bisa langsung balapan bareng dengan split screen, balapannya pun juga bersama AI. Layar terbagi menjadi 2 di sebelah kiri dan kanan.


Fitur yang belum muncul yaitu track editor /stage generator yang terdapat pada promo-nya. Mungkin fitur ini akan muncul pada update berikutnya, atau setelah kita menyelesaikan campaign tertentu. We'll see, dan post ini akan di update apabila ada info tambahan.

Kesimpulan :
V-Rally 4 bangkit dari kubur dengan formula yang cukup menyenangkan, dengan banyaknya mode permainan dari rally, rallycross, hillclimb, buggy, sampai extreme-khana dan semuanya bisa dimainkan baik dalam mode campaign, quick race dan multiplayer. Sedikit kekecewaan adalah tidak adanya mobil iconic di rally seperti Subaru, Toyota, Audi dan Peugeot. Namun dengan akses yang mudah dimainkan baik menggunakan DS4 maupun steering wheel, membuat game ini menyenangkan untuk melepas stress. Bukankah itu tujuan dibuatnya sebuah game, untuk memperoleh kesenangan dan melepas stress, bukan menjadi sumber stress tambahan :).

Apakah game ini layak beli ? YES, absolutely.

Apakah bisa dimainkan menggunakan stik biasa ? YES, sangat mudah dimainkan menggunakan DS4.

Apakah game ini susah ? NO, kita bisa mengatur tingkat kesulitan berdasarkan preferensi kita sendiri. 

Game ini lebih ke arah arcade atau simulasi ? Hmm, relatif terhadap game lainnya, V-Rally 4 lebih condong ke simulasi namun masih terasa unsur arcadenya.

Ada tips khusus ? Ya, segera update at least ke versi 1.03 karena kalau menjalankan game ini out of the box maka dijamin akan segera ditaruh lagi dan tidak dimainkan.

Monday, November 13, 2017

Review Thrustmaster T-GT




Setelah sekian lama dinanti, Thrustmaster akhirnya secara resmi merelease setir top-of-the-line mereka yaitu Thrustmaster T-GT.  Mengapa dinamakan T-GT, ya betul karena releasenya hampir berbarengan dengan seri Gran Turismo terakhir pada saat ini yaitu Gran Turismo Sport. Thrustmaster telah menjadi partner Polyphony Digital untuk memproduksi perangkat setir yang didesain khusus untuk Gran Turismo.


Sebelumnya, perlu diinformasikan bahwa setir T-GT ini dijual dengan harga MSRP £700 atau USD800. Di Indonesia, setir ini dijual dengan harga kisaran IDR 13 juta-an. Mahal atau tidak itu relatif. Mari kita telusuri apa saja yang didapatkan dari harga sebesar itu.

Dalam kardus  T-GT terdapat perlengkapan sebagai berikut :
- Thrustmaster T-GT Wheel
- Thrustmaster T-GT Servobase
- Thrustmaster T3PA-GT Pedal Set + conical rubber brake mod
- T-Turbo power supply
- Clamping system
- User Manual
Box Thrustmaster T-GT


Gran Turismo Sport dikembangkan dengan menggunakan Thrustmaster T-GT, kali ini yang paling utama adalah fitur T-DFB (Depth Feed Back), mengintegrasikan perangkat penggetar semacam bass shaker yang tertanam langsung di body setir. Biasanya user menambahkan bass shaker untuk mendapatkan feedback tambahan berupa getaran yang diambil dari suara yang dikeluarkan oleh game, misalkan suara mesin, suara ketika ban menginjak permukaan yang tidak rata (kerbs, bumps, dll), dan suara tabrakan. Lebih jauh dari itu, kalau menggunakan platform PC, maka user bisa menambahkan program khusus seperti simvibe untuk mendapatkan sumber getaran yang sama tapi berasal langsung dari physics game itu sendiri (bukan "terjemahan" dari suara game).
Karena dikembangkan bersama Gran Turismo Sport, maka fitur T-DFB ini dapat memberikan informasi tambahan ke user lebih dari sekedar kondisi jalan namun juga efek understeer dan oversteer. Fitur ini bisa di aktif /non-aktifkan melalui menu di GT Sport.

Design & Build Quality
Terdapat banyak peningkatan dari sisi desain. Ukuran servo base cukup ringkas dengan brushless motor berkekuatan 40Watt. Walaupun hanya single motor, T-GT bukanlah direct drive, mekanisme penggeraknya masih menggunakan beberapa pulley dan belt. Pada pemuja direct drive wheel boleh jadi kecewa dengan desain ini. Bagian motor servo dilapisi pelat berlubang yang bisa membantu pendinginan.
Motor penggerak di Thrustmaster T-GT

Motor servo di T-GT dilengkapi dengan kipas di dalam motornya. Thrustmaster menamakan sistem ini sebagai T-MCE (Motor Cooling Embedded). Diharapkan dengan adanya sistem pendinginan seperti ini dapat mengatasi problem klasik di setir yaitu FFB fading yang terjadi bukan hanya di Thrustmaster.

Konfigurasi Motor Cooling Embedded system, perhatikan bilah kipas yang terdapat di dalam rangkaian.


Setir
Diameter setir bawaan T-GT relatif kecil, lebih kecil dari T500RS dan genggamannya terasa agak lebih tebal dari T300/T500. Finishing setirnya kombinasi antara metal, plastik dan kulit. Kulitnya terasa premium walaupun tidak perforated. Terdapat 4 rotary encoder (kenop putar) yang terasa sangat smooth namun "clicky" ketika diputar. Paddle shift di T-GT berbahan brushed metal dan menempel di setir dengan ukuran yang kecil namun terasa pas di jari.

Selain tombol standar PS4, terdapat tambahan lagi yaitu 2 mini sticks yang bisa digunakan untuk navigas menu seperti kenop analog di stik PS4
Mekanisme melepas setir standar Thrustmaster, sama dengan seri T300, T500, TX, TS-PC. Kalau anda memiliki setir dari keluarga Thrusmaster seperti Ferrari F1, Sparco R383, Sparco P310, Ferrari GTE, dll maka dengan mudah dapat memasangnya di servo base T-GT.


Pedal
To be honest, pedal yang disertakan dalam paket standar ini adalah salah satu kekurangan T-GT. Pedal yang disertakan adalah T3PA-GT, pedal yang sama bisa didapatkan di Thrustmaster T300-GT edition yang harganya setengah dari T-GT. Harap jangan salah paham, pedal T3PA-GT ini sudah cukup bagus, tapi ekspektasi untuk T-GT ini sepertinya terlalu tinggi sehingga agak shock ketika mengetahui pedalnya sama dengan kelas di bawahnya dua kelas di bawahnya. Kalau pedal yang disertakan adalah T3PA-PRO, mungkin kondisinya jauh lebih baik walaupun akan mempengaruhi harga jual.

Pedal T3PA GT bawaan Thrustmaster T-GT

Pada T3PA-GT terdapat 3 pedal (akselerasi, rem, kopling), konstruksi dari plastik dengan tambahan brushed metal pada pijakannya. Terdapat tambahan conical rubber mod bagi user yang ingin mendapatkan sensasi progresif pada pedal remnya.

Power Adapter
Banyak disinyalir permasalahan di T300 adalah dikarenakan panas berlebih yang salah satunya bersumber dari  dihasilkan oleh power supply yang tergabung di dalam base setir T300. Kelemahan lain dari power supply yang integrated adalah apabila power supply-nya rusak, maka lebih susah untuk diperbaiki.
Good move dari Thrustmaster kali ini dengan desain power supply yang terpisah dari base setir.
Lebih dari itu, Thrustmaster menggunakan trafo berjenis toroidal yang memiliki disipasi panas lebih kecil, dan kemudian sebagai casingnya diberi sentuhan desain dengan membuatnya berbentuk turbocharger.
Power supply Thrustmaster T-GT


Yang namanya power supply dari jaman dahulu kala selalu bentuknya kotak /persegi, baru kali ini lah ada setir yang power supply-nya berbentuk bundar a-la turbo charger. This is something unique indeed.
Spesifikasi power supply T-GT adalah :
Input : 220-240V AC, 2A, 50/60 hz
Output : 24V AC, 4.0A, 96W
Harap diperhatikan jenis tegangan output disini adalah AC, bukan DC.


Impresi pemakaian dan FFB.
Dari semua fitur dan deskripsi yang telah disebutkan di atas, yang paling penting adalah bagaimana kinerja T-GT ini. Game yang paling cocok dipakai untuk mencoba setir ini, tak lain dan tak bukan adalah iterasi terakhir dari seri Gran Turismo keluaran Polyphony Digital, yaitu Gran Turismo Sport.


Navigasi dari XMB sampai ke dalam game tidak ada kendala. Bahkan dengan adanya mini-sticks dapat digunakan untuk menggerakkan kursor secara bebas. Dengan settingan yang standar (out of the box), setir terasa berat. Power dari motor cukup kuat walaupun setting torque masih di level 5  dan detail 5 (max 10). Bagi yang berencana bermain untuk jangka waktu yang lama disarankan agar menurunkan settingan Torque dari 5 menjadi 3. Impresi dari setir ini sangat nyaman Perubahan arah kendaraan terasa langsung dan natural. Putaran setir sangat senyapwalaupun masih terasa sedikit mekanisme belt+roda gigi di dalamnya. Paddle shifter yang ukurannya agak kecil terasa sangat pas letaknya, sangat mudah dijangkau hanya dengan satu jari saja.
Terdapat sedikit keanehan pada saat kondisi understeer, setir tiba tiba kehilangan torsi sehingga tiba tiba terasa "kosong" untuk beberapa saat. Kemudian untuk efek getaran yang dihasilkan dari T-DFB cukup terasa sampai di tangan. Efek jalan yang bumpy diterjemahkan dengan getaran oleh T-DFB. Fitur ini bisa di non-aktifkan apabila dirasa mengganggu. Bagaimanapun, fitur ini dapat memberikan tambahan informasi kepada pengguna mengenai kondisi jalan, tinggal bagaimana si pengguna dapat memanfaatkannya.
Pada game Gran Turismo Sport memungkinkan perubahan beberapa setting mobil ketika sedang berkendara, misalkan setting TCS, ABS, brake balance, awd torque-split, dan fuel mapping. Disinilah fitur unggulan T-GT sangat terpakai yaitu rotary encoder. Jadi kita bisa tetap fokus ke lintasan tanpa perlu nteraksi terlalu banyak ke dalam menu menu untuk setting TCS dll.
Dari sisi pedal, dirasa cukup OK performanya. Jarak travel cukup jauh sehingga memudahkan untuk modulasi gas atau rem. Sayang sekali seandainya yang disertakan adalah T3PA-PRO, maka bisa dirubah konfigurasi pedal dari F1-style menjadi GT-style (inverted layout)


Kesimpulan
Pros:
Native support untuk Playstation 4 dan dikembangkan bersama dengan GT sport merupakan jaminan performa terbaik.
Ukuran servo base yang compact dan finishing material bagus.
Power supply terpisah dan kipas yang terintegrasi di dalam motor servo menambah harapan umur setir jadi lebih panjang.
Setir dengan balutan kulit yang mewah dan 4 buah rotary switch yang fungsional.
Setir terasa nyaman digenggam dan dioperasikan.

Cons:
Pedal yang disertakan adalah T3PA yang kelasnya cukup "standar".
T-DFB bisa menambah immersion, bisa juga menjadi gangguan.
Harga tergolong tinggi

Akhir kata, untuk pemakaian di Playstation 4, setir ini paling mutakhir untuk pemain casual sampai serius. Apabila mencari setir yang future-proof untuk basis di PS4, maka inilah setir yang harus anda beli.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada sultan dari BSD yang telah memberikan kesempatan untuk mencoba dan merasakan kehebatan Thrustmaster T-GT.
Nantikan artikel berikutnya : perbandingan antara Thrustmaster T-GT, T500 dan T300, yang tentunya akan sangat sengit.

Bonus pics : beberapa penampakan teman yang terpesona dengan rotary encoder di setir T-GT





About reviewer:

omDidit (Didit Pamungkas)


Casual gamer, sudah pernah memiliki dan mencoba berbagai macam setir mulai Logitech G25, Logitech G27, Logitech DFGT, Fanatec GT3RS, Fanatec  CSR Elite, Fanatec CSW, Thrustmaster T500RS (+F1 & GTE rims), Thrustmaster T300-GTE. Builder of customizable cockpit (Champion Gaming Rig), countless of DIY mod /repair for Logitech and Thrustmaster. Founder of Gran Turismo Indonesia Community, mostly console playing Gran Turismo, along with few other console racer titles.

Monday, June 20, 2016

Logitech G29 Problem and Solution


Beberapa hari yang lalu, seorang teman bercerita Logitech G29 nya bermasalah. Indikasinya kalau setir diputar ke salah satu arah (kiri atau kanan) maka timbul masalah seperti tombol tombol di setir tidak berfungsi, LED mati, paddle shift mati. Dia pakai G29 di PC dan PS3.

Berikut laporan dari beberapa teman yang mengalaminya :


Kabar selanjutnya ketika user ini membongkar setir sampai ke rumah setirnya sekalian, tidak menemukan keanehan, tidak ada kabel terjepit /putus, tidak ada pcb gosong, tidak ada konektor yang lepas, everything seems normal. Namun anehnya ketika dia rakit kembali G29 itu, dan dinyalakan malah tidak ada respon sama sekali, alias mati total !!
Saya pikir ini hanya random problem yang karena manufacturing defect, atau mungkin juga faktor dari usernya :) hehehe peace.

Sampai beberapa hari kemudian saya mendapat kabar dari teman yang lain : Dia menggunakan G29 di PS4. Indikasinya juga sama, ketika setir diputar ke kiri, tiba tiba terpencet tombol share atau option


 

Sampai disini saya jadi ingat ketika 3 bulan lalu membongkar G29 untuk modif handbrake, saya perhatikan konektor PCB di setir agak ringkih. Dulu di G25 dan G27 isinya hanya 4 kabel, sekarang isinya 7 kabel.

Googling dan Youtubing sebentar, ternyata lumayan ada beberapa kasus yang mirip dengan kedua contoh di atas. Bahkan ada yang membongkar sendiri juga dengan hasil persis  di atas... setirnya malah jadi mati total.

Solusi yang terbaik tentu saja claim garansi, untuk itu selalu simpanlah nota pembelian anda, dan pertahankan stiker hologram Logitech yang ada di balik setir tetap terjaga tidak rusak. Dari beberapa pengalaman sebelumnya, claim garansi ke Logitech di Indonesia (Surya Candra) tidaklah sulit. Bahkan seringkali mereka tidak mau ambil pusing untuk repair, setir anda langsung diganti baru ! Inilah keunggulan Logitech dibanding merk lain di Indonesia. Good job Logitech, thumbup.

Namun bagaimana apabila setir anda sudah habis masa garansinya, bon pembelian hilang, atau anda jauh dari pusat kota, atau segel sudah rusak, dan berbagai macam sebab lainnya yang membuat anda tidak bisa claim garansi ?

Berbekal niat dan sedikit pengetahuan elektronik, anda bisa perbaiki sendiri koq. Tidak usah khawatir.
Sumber masalahnya ada di konektor yang menghubungkan antara PCB di lingkar setir dengan PCB di dalam rumah setir.



Konektor ini terhubung dengan 7 kabel yang ikut berputar sesuai dengan setir, Kemungkinan besar salah satu kabelnya ada yang putus di dalam atau terlepas dari konektornya. Kalau semua tombol di setir tidak berfungsi, maka kemungkinan kabel warna hitam yang putus. Bagaimana mendeteksinya ? Bisa dengan continuity test ke ujung konektor yang di dalam setir (bisa pakai multitester), Jadi, test setiap kabel di konektor tersambung atau tidak ke ujung konektor yang di dalam rumah setir, yang ditunjukkan pada lingkaran merah di gambar di bawah ini:


Kemudian kalau sudah ketemu kabel mana yang putus, segera diganti dengan kabel baru. Pastikan ketika konektornya tersambung dengan sempurna, dan ketika merakit kembali tidak ada kabel yang terlalu tegang.

Salah seorang user Logitech G920 ada yang memakai glue gun untuk menjaga konektor dan kabel tidak goyang goyang. Hasilnya agak berantakan sih, tapi secara fungsional sangat bagus.



Sebab dari putusnya koneksi ini seperti dibahas di atas adalah karena setir yang berputar putar sehingga konektornya goyang /tertarik. Bisa juga dari material kabel yang terlalu tipis. Mungkin kedepannya Logitech akan merevisi desain dengan menggunakan kabel yang lebih tebal, dan lebih bagus lagi kalau menggunakan kabel spiral (seperti kabel gagang telepon) sehingga lebih fleksibel. Desain ini dipakai oleh Thrustmaster di T500 dan T300.

Demikian salah satu problem dan solusi yang terjadi di Logitech G29. Hal yang sama berlaku juga untuk Logitech G920. Semoga tulisan ini bisa membantu para user yang membutuhkannya.

Apabila ada yang ingin ditanyakan silahkan tinggalkan pesan di bagian comment.